
Hmmm...
Ternyata memang tidak biasa. Bertemakan cinta dengan jalan cerita yang sederhana, tapi toh ternyata endingnya tidak seperti yang disangka. Banyak cerita yang mengejutkan. Ada yang bikin saya jadi senyum-senyum sendiri, tapi ada juga bikin hati saya ngenes. Yang jelas, cerita-cerita dalam buku ini terasa begitu jujur dan mengalir.
Ada Adhitya Mulya. Penulis yang saya kenal familiar lewat novel “Jomblo”-nya. Tulisannya kocak dan menghibur. Tapi kadang juga terasa aneh. Seperti cerita “Scene 40 Yang Bermasalah Itu”. Bagi saya cerita itu aneh. Sebenernya dia ingin melucu atau ngehoror? Aduh, saya sempat ingin melewatkan membacanya tapi, ya, tanggung juga. Saya tidak habis pikir kenapa ada salah satu tokoh menyeramkan—yang sangat tidak ingin saya sebutkan namanya—yang sering dimunculkan dalam cerita itu. Saya tidak suka horor dan mari kita skip saja. Bygones.
Saya suka cerita “Pernah Jadi Aku?” yang ditulis Okke ‘Sepatumerah’. Benar-benar terasa seperti ungkapan dari hati. Saya jadi berpikir bahwa memang banyak orang menutupi sisi psikologis yang ada dalam dirinya, sebenar-benar perasaannya, dan juga amarahnya. Dan yang bisa dia lakukan adalah mencari alasan pembenaran atas semua yang terjadi terhadap dirinya. Atas bagaimana orang-orang menilainya, memperlakukannya. Tapi sayang, ketika alasan itu sudah tak dapat lagi memberikan pembenaran bahkan peneguhan maka emosi dan amarah itu menyeruak, berteriak, meraung. Itu yang saya rasakan pada seorang “Cassie”, tokoh dalam cerita ini. Saya jadi ingin mengutip:
“Kalo gitu, lo nggak tau apa-apa sama sekali. Gue pernah. Selama 24 tahun gue hidup, gue diperlakuin kayak gitu. Selama ini gue berusaha nerima dan menganggap ringan semuanya. Tapi sekarang gue udah muak.”
Yap. Menerima begitu saja apa yang terjadi sepertinya bukan hal yang mudah dilakukan. Mungkin. Tapi intinya saya suka cerita ini.
Saya juga terpaut oleh cerita “Saya, Dia, dan Samuel Morse” yang ditulis Rizki Pandu Permana. Ooh, sebuah cerita perkenalan yang manis. Lebih deskriptif. Percakapan yang terjadi antara tokoh yang ada terlihat biasa saja, tapi jelas jujur dan bermakna. Saya juga ingin katakan cerita ini so sweeeeet... hehe...
Tapi hati saya mendadak terhempas ketika membaca “Sekeping Hati yang Tersisa”. Dari judulnya saja sudah bikin sedih. Kalau bisa saya andaikan, cerita ini sepertinya terwakili dengan lagu “Yang Terlewatkan”-nya Sheila on 7. Hmmm....
So, 16 cerita dalam buku ini menyajikan cerita cinta yang kalau saya bilang... sederhana tapi berbeda. Mantep deh!