Tuesday, April 5, 2011

Sebuah Percakapan yang Biru

“Oi, kamu tahu nggak?”
“Apa?”
“Warna biru itu menyiratkan kesedihan.”
“Oya?”
“Banyak lagu yang akhir-akhir ini aku dengar ada kata itu.”
“Biru?”
Blue lebih tepatnya. Hmm, ya, ‘Fallin’-nya Alicia Keys, ‘You Belong to Me’ versi Vonda Shepard, ‘Someone You Use’ dengan penyanyi yang sama, dan ya.., banyak lagi mungkin yang aku nggak tau. Intinya, feel blue. Ya, something like that.
“Kalau memang begitu, kenapa Tuhan menciptakan dunia dengan dominasi warna biru? Langit, laut... Memangnya Tuhan pengen kesedihan di dunia?”
“Makna itu manusia yang buat kali. Seperti aku mengartikan kalau biru itu artinya sedih. Biru itu ada maknanya karena aku yang memberinya makna. Buat orang lain bisa saja kan artinya jadi beda. Terus, kalau aku tadi bilang biru itu artinya ketenangan, apa kamu juga menyimpulkan kalau Tuhan itu pengen ketenangan di dunia ini? Jangan hakimi Tuhan begitu saja. Apa-apa menyalahkan Tuhan, bilang Tuhan nggak adil.”
“Ya, kamu jadi marah deh. Sori.”
“Aku nggak marah. Aku cuma menegaskan saja, dan kenapa harus minta maaf sama aku? Minta maaf sama Tuhan dong, kan kamu yang menyalahkan Tuhan.”

Mereka terdiam lama.

“Hmm, novelnya Fira Basuki juga ada yang judulnya ‘Biru’.”
“Sori, aku nggak baca Fira Basuki.”
“Ya elah. Kamu nggak perlu baca Fira Basuki buat tau judul novelnya.”
“Jadi, kamu nggak baca novelnya?”
“Aku baca.”
“Jadi?”
“Ya, ceritanya nurut aku segala sesuatu yang sedih. Selingkuh, cerai, pengkhianatan, kebohongan, kehilangan. Ya, something like that. Something blue. Aku pikir begitu.”

Hening.

“Kamu nyadar nggak, beberapa orang kalau sedang sedih inginnya ke pantai. Merasakan kalau angin bisa buang sedih itu pergi, atau pasir kemudian membenamkannya dalam-dalam, lalu membiarkannya hanyut ditelan laut.”
“Jadi, sekarang kamu lagi sedih?”
“Apa aku tampak sedih?”
“Ya, aku nggak tahu. Buktinya, kita sekarang di pantai.”
“Aku kan bilang tadi orang. Beberapa orang kalau sedang sedih inginnya ke pantai.”
“Memangnya kamu bukan orang?”
“Aku cuma mitos.”
“Heh?”
“Mitos buat kamu.”

Angin berdesir pelan.

No comments:

Post a Comment